Sunday 29 May 2011

PUISI SEJUTA ANAK MUDA DI SANA

begitulah telah terjadi di suatu hujung minggu
sebagai pertanda kebingungan mencari arah dan dana
begitu dicanangkan seantero jaga langit Melayu yang menyatu dalam kelopak bunga satu
bertebaranlah caca marba budaya yang kehilangan arah dan halatuju
entah ke mana akan dibawa anak-anak muda di bawah himpunan
tak ketahuan berapa bilangan anak-anak muda yang pamer diri di bawah mentari menjulang jejari telunjuk
menikam langit zaman.

orang-orang pada bingung memikir sejuta anak muda di sana
digembleng di bawah payung biru buat mendobrak kesombongan
terkibarlah sang aku mengaku penyambung lidah sombong anak bangsa
anak-anak yang persis bangun kesiangan linglung di bawah jelaga kepalsuan
mempamer sebuah pedalangan tanpa kelir dan lampu
tidak ada petruk dan bagongan di sini
kerana wayang telah bermula sekian lama dengan skrip indah memutih
tiada celanya, begitu anak-anak muda yang ke sejuta
datang dengan selipar berdaki berjejal dalam rempuhan sejuta manusia
bagai anak-anak tak ketahuan asal-usul melimpah dalam kebingungan
mendengar amanat lelaki itu sambil mengibarkan telunjuk di udara
satu, satu manusia sejuta rebah dalam kepalsuan.

sementara di suatu padang yang lain sejuta anak-anak muda telah hadir tanpa pamer dan surat undangan, tanpa riuh rendah tanpa koran tanpa iklan tanpa radio dan hebahan seranta
berjejalan anak-anak muda yang ke sejuta satu orang mundar-mandir
dia yang hadir di himpunan sejuta itu dan kemudian ke pinggir lalu masuk ke laman itu
dia adalah anak muda ke sejuta satu
tiba-tiba berteriak konyol
tak siapa hadir dalam perhimpunan sejuta rakyat itu kalau tidak ada paksaan yang memaksa dan menyesakkan jiwa
anak-anak muda dibuai rentak indie dan pelbagai penipuan bersama longgok retorik
semuanya linglung di padang itu tidak tahu kenapa justeru berada di padang itu dan terjerit-jerit
lalu menuding ke langit berkali-kali
hairan amat anak-anak muda ini, mereka tidak tahu untuk apa hadir di perhimpunan itu kalau
sekadar joget dansa, nyanyi dan tepuk seronok
mereka kehilangan norma, tidak tahu ke mana akan dibawa oleh tokoh ternama itu
atau akan terus menuding ke langit setiap kali berhimpun di bawah mentari terik kebodohan?
di perhimpunan itu anak muda yang ke sejuta tidak tahu apa
untuk apa menapak ke padang itu dengan melihat wajah sang tokoh yang tidak mengerti
untuk apa kami berhimpun ya?

ANGONG MISNON JAMIL,
KgWarisan, Pasir Panjang, Sekincan, Selangor.
Mei 2011.

No comments:

Post a Comment